Skip to main content

MAKALAH SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI LAMPUNG (MATA KULIAH ISLAM DAN BUDAYA LAMPUNG)


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Masuknya Islam di Lampung ini dengan lancar dan tanpa halangan apapun. Saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam penulisan makalah ini, terutama DRS. EFFENDI, M. HUM. sebagai dosen pengampu, dan teman-teman seperjuangan
Dalam penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kami mengaharap sekali kritik dan saran dari pembaca sehingga akan membawa perbaikan untuk kedepannya. Dan yang terakhir kami berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Terimakasih.



Bandar Lampung, April 2019


Penyusun




DAFTAR ISI

 





BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa mempelajari budaya lokal merupakan hal penting bagi seorang mahasiswa, termasuk sejarah perkembangan Islam di dalam dinamika keilmuannya. Islam dan budaya tidak bisa dipisahkan, begitu juga Islam dengan budaya Lampung. Dalam mempelajari sejarah perkembangan Islam, tentu begitu banyak manfaat yang akan didapat, seperti memperkaya pengetahuan Islam dalam hubungannya dengan budaya lokal, mendapat informasi mengenai asal-usul khazanah kebudayaan serta keahlian yang pernah diraih oleh umat terdahulu, membentuk karakter umat, meningkatkan berpikir kronologis, memunculkan rasa bangga akan keanekaragaman budaya lokal, dll.
            Oleh karena itu penulis membahasnya dalam bentuk makalah, sehingganya keilmuan ini dapat dipelajari dan disebarluaskan. Mempelajari sejarah kebudayaan islam dan kebudayaan lokal menjadi kesenangan tersendiri bagi yang mempelajarinya, semoga pembaca dapatmengambil ibrah dari sejarah yang dituliskan dalam makalah ini. Dan tidak lupa mengingatkan kita sebagai umat Islam, harus memiliki semangat untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti dahulu.

B.     Rumusan Masalah

  1. Bagaimana proses masuknya Islam di Lampung?

C.    Tujuan

  1. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan proses masuknya Islam di provinsi Lampung









































BAB II

PEMBAHASAN


A.    Masuknya Islam di Lampung


Islam masuk ke Lampung melalui tiga penjuru, yang mana seperti yang diterangkan dalam Lampung Pos pada Rabu, 11 Agustus 2010.  Agama Islam masuk Lampung sekitar abad ke-15 melalui tiga pintu utama. Dari arah barat (Minangkabau) agama ini masuk melalui Belalau (Lampung Barat), dari utara (Palembang) melalui Komering pada masa Adipati Arya Damar (1443), dan dari arah selatan (Banten) oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati, melalui Labuhan Maringgai di Keratuan Pugung (1525).
Dari ketiga pintu masuk agama Islam itu, yang paling berpengaruh melalui jalur selatan. Ini bisa dilihat dari situs-situs sejarah seperti makam Tubagus Haji Muhammad Saleh di Pagardewa, Tulangbawang Barat, makam Tubagus Machdum di Kuala, Telukbetung Selatan, dan makam Tubagus Yahya di Lempasing, Kahuripan diduga keduanya masih keturunan Sultan Hasanuddin dari Banten. Di Ketapang, Lampung Selatan, terdapat makam Habib Alwi bin Ali Al-Idrus.
Selain itu, menurut buku Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Lampung, terbitan DHD Angkatan 45 tahun 1994, halaman 49-53, disebutkan pada sekitar abad 18, sebanyak 12 orang penggawa dari beberapa kebuaian di daerah ini mengunjungi Banten untuk belajar agama Islam. Mereka adalah penggawa dari Bumi Pemuka Bumi, penggawa dari Buai Subing, Buai Berugo, Buai Selagai, Buai Aji, Buai Teladas, Buai Bugis, Buai Mega Putih, Buai Muyi, Buai Cempaka, Buai Kametaro, dan Buai Bungo Mayang.
Di Belalau, Islam dibawa empat orang putra Pagaruyung (Minangkabau). Sebelumnya, di wilayah ini telah berdiri sebuah kerajaan legendaris bernama Sekala Brak, dengan penghuninya suku bangsa Tumi, penganut animisme. Bangsa Tumi mengagungkan sebuah pohon bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang. Konon, pohon ini memiliki dua cabang, satunya nangka dan sisi yang lain adalah sebukau, sejenis kayu bergetah. Keistimewaan pohon ini, jika terkena getah kayu sebukau bisa menimbulkan koreng dan hanya dapat disembuhkan dengan getah nangka di sebelahnya.
Agama Islam masuk ke Lampung sekitar abad ke-15 melalui tiga pintu utama, salah satunya yaitu dari arah selatan atau Banten oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati, melalui Labuhan Maringgai di Keratuan Pugung pada 1525. Selain itu, Islam di Lampung masuk lewat budaya setempat, meskipun  penyebaran agama Islam di Lampung dominan melalui selatan (Banten), bukan berarti bisa menjamah seluruh daerah di Lampung. Dari barat misalnya, Islam mudah masuk dari Pagaruyung (Minangkabau). Dari utara, Islam masuk dari Palembang melalui Komering.
Dari barat, Islam dibawa empat putra Raja Pagaruyung Maulana Umpu Ngegalang Paksi. Empat putra Maulana Umpu Ngegalang Paksi adalah Umpu Bejalan, Umpu Belunguh, Umpu Nyerupa, dan Umpu Pernong. Fase ini menjadi bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Kedatangan keempat umpu ini merupakan kemunduran dari Kerajaan Sekala Brak Kuno atau Buay Tumi yang merupakan penganut Hindu Bairawa/animisme. Momentum ini sekaligus tonggak berdirinya Kepaksian Sekala Brak atau Paksi Pak Sekala Brak yang berasaskan Islam.
Umpu berasal dari kata ampu tuan (bahasa Pagaruyung), sebutan bagi anak raja-raja Pagaruyung Minangkabau. Di Sekala Brak, keempat umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti empat serangkai atau empat sepakat. Setelah perserikatan ini cukup kuat, suku bangsa Tumi dapat ditaklukkan dan sejak itu berkembanglah Islam di Sekala Brak. Pemimpin Buay Tumi dari Kerajaan Sekala Brak saat itu wanita yang bernama Ratu Sekerumong yang pada akhirnya dapat ditaklukkan Perserikatan Paksi Pak.
Sedangkan penduduk yang belum memeluk Islam melarikan diri ke pesisir Krui dan terus menyeberang ke Jawa dan sebagian lagi ke Palembang. Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan, pohon belasa kepampang yang disembah suku bangsa Tumi ditebang untuk kemudian dibuat pepadun. Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan saibatin raja-raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunannya.
Ditebangnya pohon belasa kepampang ini pertanda jatuhnya kekuasaan Tumi sekaligus hilangnya animisme di Kerajaan Sekala Brak, Lampung Barat. Islam juga erat kaitannya dengan adat dan budaya Lampung. Sebagai cikal bakal masyarakat suku Lampung, Paksi Pak Sekala Brak memasukkan nilai-nilai keislaman dalam semua peristiwa dan upacara adat. Hampir tidak ada acara adat yang tidak berbau Islam. Mulai dari kelahiran anak sampai perkawinan dan kematian selalu bernuansa Islam.
Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat piil-pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri); juluk-adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya); nemui-nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu); nengah-nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis); sakai-sambaian (gotong royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya). Semua sifat itu fondasinya adalah islam.
Sedangkan pengaruh agama Islam dari arah (Palembang) masuk lewat Komering. Ketika itu, Palembang diperintah Arya Damar. Diperkirakan, Islam masuk dari utara dibawa Minak Kemala Bumi atau yang juga dikenal dengan nama Minak Patih Prajurit. Makamnya berada di Pagardewa, Tulangbawang Barat, bersebelahan dengan makam Tubagus Haji Muhammad Saleh dari Banten, yang juga tokoh penyebar agama Islam di daerah ini.    
Dari selatan (Banten), Islam diperkirakan dibawa Fatahillah atau Sunan Gunung Jati melalui Labuhanmaringgai sekarang, tepatnya di Keratuan Pugung. Di sini, konon, Fatahillah menikah dengan Putri Sinar Alam, anak Ratu Pugung. Dari pernikahan ini melahirkan anak yang diberi nama Minak Kemala Ratu, yang kemudian menjadi cikal bakal Keratuan Darah Putih dan menurunkan Radin Inten, pahlawan Lampung yang juga tokoh penyebar Islam di pesisir.
Selain melalui jalur budaya, perdagangan juga ikut mewarnai masuknya Islam di Lampung. Salah satunya rombongan dari Tiongkok yang dipimpin Laksamana Cheng Ho, berniaga dari Palembang dan menyusuri Way Tulangbawang. Awalnya Islam masuk ke Indonesia pada abad VII Masehi Selat Malaka. Perdagangan saat itu menghubungkan Dinasti Tang di China, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan yang sangat baik dengan saudagar dari China, India, Arab, dan Madagaskar. Hal itu bisa dipastikan dari temuan mata uang China, mulai dari periode Dinasti Tang (960-1279 M) sampai Dinasti Ming (abad 14-17 M).
Berkaitan dengan komoditas yang diperdagangkan, berita Arab dari Ibn al-Fakih (902 M), Abu Zayd (916 M), dan Mas’udi (955 M) menyebutkan beberapa di antaranya cengkih, pala, kapulaga, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah, dan penyu. Barang-barang ini dibeli oleh pedagang asing, atau dibarter dengan porselen, katun, dan sutra
Menurut sumber-sumber China menjelang akhir perempatan ketiga abad VII, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Jalur perdagangan ini kemudian disambung dengan tali perkawinan antara saudagar dan masyarakat setempat, atau bahkan keluarga kerajaan. Dari hasil perkawinan inilah yang membuat perubahan pada kerajaan-kerajaan di Sumatera.
Salah satu penyebab banyak hilangnya situs-situs milik kerajaan di Sumatera karena dijual keluarga kerajaan kepada saudagar asing, Situs-situs sebelum Islam masuk berupa patung-patung sesembahan yang kemudian disingkirkan karena bertentangan dengan ajaran Islam. Berbeda dengan kerajaan di Pulau Jawa yang terus mempertahankan benda-benda budayanya, sebab memang Islam masuk sebagian besar melalui jalur budaya.
Barulah sekitar abad XIV perjalanan Laksamana Cheng Ho memasuki Way Tulang Bawang dan berinteraksi dengan warga sekitar. Selain itu juga ada pintu masuk lain, yakni Labuhan maringgai, terbukti ada beberapa daerah yang dinamai Lawangkuri di Gedungwani dari Sultan Banten.


B.     Bukti Peradaban Islam di Lampung


Diantara bukti-bukti adanya peradaban Islam di Lampung pada masa itu adalah batu nisan Bercorak Kerajaan Samudera Pasai di Lampung Selatan, yaitu di Kampung Muarabatang dan Wonosobo (sekarang Tanggamus, red). “Batu nisan ini mempunyai bentuk dan corak sama dengan nisan milik Malik Al Saleh di Pasai yang berasal dari tahun 1297,”  yang merupakan dua jejak masuknya Islam dari arah Malaka. Bukti lainnya itu berupa peta Kota Mekah dan baju adat bertuliskan aksara arab yang disimpan di Rumah Karya Niti Jaman di wilayah pesisir, tepatnya di Desa Condong, Kecamatan Rajabasa.
Peninggalan abad XV sebagai pertanda Islam masuk ke sana antara lain Alquran bertulis tangan kuno dan Perjanjian Banten-Lampung. Perjanjian persaudaraan itu ditulis menggunakan bahasa arab. Selain itu, bukti lain adalah UU Adat atau Kuntara Raja Niti. Undang-undang ditulis dalam dua versi, yakni berbahasa Banten dengan aksara Arab dan bahasa Lampung dengan huruf ka-ga-nga.
“Dari silsilah bisa diketahui Ratu Dara Putih yang memerintah di Lampung dengan Sultan Hasanuddin pemerintah di Banten adalah kakak-adik,” Bukti lain juga dapat dilihat dari adanya Masjid Jamik Al-Anwar yang berdiri sejak 1839 yang terletak di Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, ini mempunyai sejarah panjang perkembangan Islam di Sang Bumi Ruwai Jurai. Yang di prakarsai ole Muhammad Soleh yang sebelumnya hanya sebuah mushola kecil yang merupakan cikal bakal berdirinya masjid tersebut. Namun, tragedi meletusnya Gunung Krakatau tahun yang mengakibatkan air pasang sangat tinggi, merendam dan menghanyutkan banyak bangunan di kawasan Teluk Lampung, termasuk bangunan musala yang dibangun pada 1839 itu.
Pasca meletusnya gunung krakatau, penyebaran islam di lampung semakin pesat, Salah satunya di prakarsai oleh penyiar agama Islam asal Hadramaut, Yaman, yakni Habib Alwi bin Ali Al Idrus yang makamnya di Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan. Makam itu disertai dua makam yang konon murid sang Habib di dalam Masjid Nurul Huda, Desa Ketapang. Hingga kini makam itu terus diziarahi umat Islam dari berbagai daerah.
Salah satu peninggalan Habib dan pengikutnya saat tinggal di Bakauheni adalah sebuah sumur yang airnya tetap tawar walaupun terintrusi air laut. “Namun, sumur itu baru bisa dilihat kalau air laut surut,” Di dalam Masjid Nurul Huda ada dua nisan berdekatan tapi berbeda. Makam sang Habib tertutup kelambu, sedangkan makam di sebelahnya tidak. “Konon makam itu merupakan makam murid kesayangan Habib".
Di papan pengumuman masjid terdapat foto bangunan surau dan silsilah keturunan Habib. Tercantum keturunan Habib Alwi Al-Idrus, mulai dari Abdurrohman bin Syekh Nul Karim, Abdurrohim bin Abdurrohman dan terakhir Abdurrouf bin Abdurrohim. “Keturunan Habib yang masih hidup kabarnya ada di Labuhanmaringgai, Lamtim. Di sana juga ada makam saudara kandung Habib".
Di halaman Masjid Jami itu juga terdapat meriam kuno peninggalan Portugis pada 1811. Bunyi meriam ini kemudian menjadi tanda umat Islam sebagai awal berpuasa. “Meriam kuno ini dibunyikan pada waktu-waktu tertentu yakni untuk menyerukan ibadah salat magrib, subuh, dan saat berbuka puasa".
Memasuki periode 1922–1962, keberadaan Masjid Jami Al Anwar memberikan makna besar terhadap nilai-nilai perjuangan menghadapi penjajahan Belanda. Masjid Al Anwar menjadi basis pendidikan dan pembinaan kader pejuang muslim. Menurut buku Risalah Masjid Jami Al Anwar, semangat yang ditunjukkan jemaah luar biasa untuk mengikuti setiap kegiatan pembinaan mental dan spiritual oleh ulama di masjid itu. Saat itu, jemaah diajarkan sekaligus ditanamkan sikap-sikap mengenai semangat perjuangan dan nasionalisme.
Kedudukan Masjid Al Anwar yang sangat strategis dari aspek perjuangan, membuat ulama dan jemaah mencari solusi terbaik dan efektif menggalang dan mengorganisasikan kekuatan umat Islam di medan perjuangan. Kemudian, pada Oktober 1946, dibentuk Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang dipimpin A. Rauf Ali dan H. Harun.Setelah dibentuknya Hizbullah dan Sabilillah, potensi persatuan antarumat Islam semakin erat untuk berjuang menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang.
Setelah zaman kemerdekaan, kepengurusan Masjid Jami Al Anwar mengalami pembaruan, baik dari sumber daya manusia maupun pengorganisasiannya. Akhirnya, pada 1950 terbentuk kepengurusan baru yang diketuai Kgs. Abdul Hakim, sedangkan pembina umat dipercayakan kepada K.H. Nawawi dan K.H. Ahmad Toha dibantu para ulama, seperti K.H. S.D.M. Hadi Sulaiman, K.H.A. Majid Hamid, K.H.A. Rauf Ali, Ibrahim Magad, Kgs. H. M. Soleh Thoib, Ustaz Ramli, dan Kgs. M. Saleh Amin.
Sejalan dengan perkembangan zaman, tahun 1962 strategi dalam hal pola pembinaan umat Islam mengalami perubahan dan penyempurnaan, yakni mewujudkan pembangunan sekolah keagamaan, seperti (middle arabische school (MAS) dengan pimpinannya seorang keturunan Arab yang memiliki predikat sayid, yaitu Mohammad Said Ali. Lalu, pembangunan madrasah ibtidaiah (MI) di depan Masjid Al Anwar. Pembangunan ini diprakarsai Mas Agus Muhammad Amin alias H. Item bersama ulama dan saudagar Arab yang konon berjumlah 29 orang. Di sekolah ini pucuk pimpinan dipercayakan kepada Subroto.
Sedangkan bangunan tempat pembinaan dan pendidikan yang terakhir, yakni sekolah Muhammadiyah yang diprakarsai Kgs. H. Ateh, Kgs. H. Anang, dan Somad Solichin di Kelurahan Gedungpakuon dipindahkan ke Jalan Kampung Upas. Bukti lainnya juga dapat dilihat dengan adanya  bedung masjid di pring sewu yang waktu itu dipimpin oleh K.H. Gholib seorang ulama yangbelajar dengan banyak guru. Yang mana beduk tersebut berfungsi sebagai tanda waktu sholat.
Selain itu pesantren yang dibangun oleh K.H. Ghalib di pring sewu ini juga merupakan bukti  adanya peradaban islam di lampung. Selain itu, masjid Yaqin yang diberdiri sejak 1912  ini  juga merupakan bukti adanya peradaban islam di Lampung, Masjid itu kini terletak di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, (depan Kantor BRI Tanjungkarang) bisa dikatakan sebagai salah satu tempat ibadah umat muslim yang berperan dalam kesinambungan ajaran-ajaran Islam di Bandar Lampung.
Kemudian, pada 1925, masjid ini dipindahkan ke Enggal (lokasi masjid saat ini) dan diberi nama Masjid Enggal Perdana. Pada 1965, atribut masjid ini kembali diubah menjadi Masjid Jami Al Yaqin hingga sekarang.

C.    Tambahan

Para ilmuan barat mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, sedangkan dalam logikanya tidak bisa Islam dengan segala dinamikanya langsung mendirikan sebuah kerajaan tidak lama setelah kedatangannya, akhirnya keluarlah pendapat bahwa sebenarnya Islam sudah masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 M dibawa oleh orang-orang shaleh dari Arab. Kemudian Islam menetap di Nusantara dan membangun sebuah masyarakat Islam sehingga mampu mendirikan sebuah kerajaan.
Yang juga menarik dibahas adalah ketika Fatahillah melakukan ‘perkawinan politik’ dengan Putri SinarAlam anak ratu Pugung, maka lahirlah Minak Kejala Ratu yang kemudian menjadi cikal bakal Keratuan Darah Putih yang menurunkan pahlawan nasional Raden Intan. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa jalur yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam di Lampung adalah yang dibawa oleh Fatahillah dari Banten.
Kemudian dikutip dari buku yang berjudul “Kerajaan Tulang Bawang di Lampung sebelum dan Sesudah Islam”, Islam masuk ke Lampung di bawa oleh putra daerah Lampung sendiri yang bernama Minak Kemala Bumi bin Tuan Rio Mangku Bumi putra dari raja Tulang Bawang. Pada mulanya Minak Kemala Bumi ke Banten memenuhi permintaan Sultan Banten untuk meneruskan rencananya mengalahkan Palembang menebus kegagalan bapaknya Syahanda Tuan Rio Mangku Bumi.  Namun kedatangan Minak Kemala Bumi lain yang diharapakan, Minak Kemala Bumi diminta oleh Sultan  Banten untuk memeluk Islam.
Akhirnya Minak pun bersyahadat memeluk Islam. Tidak putus di sini, setelah memeluk Islam, Minak merasa tidak puas hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke Makkah untuk beribadah dan mendalami Islam di sana. Sesampainya di Makkah, Malak mempelajari dan mendalami Islam, mulai dari ilmu Aqidah, Fikih, Tafsir, Hadits, Bahasa Arab Nahwu Sorof, dan yang lebih mengharukan lagi beliau juga adalah seorang hafidz yang telah menghafal kitab suci Al Qur’an 30 Juz.
Setelah merasa cukup Minak Kemala Bumi berkeinginan pulang ke Lampung. Melalui via Palembang baru kemudian Lampung. Sebelum ke Lampung Minak Kemala Bumi juga menyiarkan Islam di Palembang, meskipun sudah ada Mubaligh yg ada di sana sebelumnya.
Setelah itu beliau kembali ke Lampung dan menyiarkan Islam. Kemudian hasil dari dakwahnya ternyata berkembang sehingga banyak masjid2 yang berdiri di Lampung. Seorang Mujahid Lampung Minak Kemala Bumi telah meninggal yang diperkirakan meninggal pada tahun XVI M.


BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan

Pada intinya banyak jalur dan banyak pandangan pula mengenai proses masuknya Islam di Lampung. Yang paling terkenal selain jalur perdagangan dan jalur budaya adalah 3 jalur utama, antara lain dari arah barat (Minangkabau) agama ini masuk melalui Belalau (Lampung Barat), dari utara (Palembang) melalui Komering pada masa Adipati Arya Damar (1443), dan dari arah selatan (Banten) oleh Fatahillah, melalui Labuhan Maringgai di Keratuan Pugung (1525). Dari pemaparan ini semoga dapat menambah pemahaman mengenai sejarah kebudayaan Islam, terutama di Lampung. Begitu banyak sekali ibrah yang dapat diambil, salah satunya adalah bagaimana perjuangan umat terdahulu dalam menyebarkan Islam hingga mencapai kejayaannya.


DAFTAR PUSTAKA


Junaidah, Nanik. 2008. “ISLAM DI LAMPUNG 1552-1570”. Fakultas Adab, UIN          Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Anonim. 2016. Islam di Lampung. https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Lampung.         Diakses pada Maret 2019

Naff Analis. 2018. “Sejarah Emas Awal Masuknya Islam di Lampung”.       https://sinarlampung.com/sejarah-emas-awal-masuknya-islam-ke-lampung/. Diakses                 pada Maret 2019

Comments

Popular posts from this blog

INDIKATOR-INDIKATOR AKHLAK BAIK DAN AKHLAK BURUK (MAKALAH MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF)

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakan g Berbicara tentang akhlak, dalam Islam bukanlah sekedar teori kering yang jauh dari kenyataan di lapangan. Akhlak Islam merupakan akhlak yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana halnya Rasulullah dan para sahabatnya memberikan teladan kepada kita. Tidak sedikit orang-orang kafir yang masuk Islam karena merasa kagum terhadap keindahan akhlak Islam. Jika manusia mau mempelajari akhlak Nabu Saw., maka mereka akan mendapat bimbingan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini serta tidak akan memperoleh banyak musuh dalam kehidupan. Keluhuran akhlak Nabi Saw. telah diakui sendiri oleh Allah Swt. dalam Al-Qur'an, dan juga oleh pengakuan orang-orang kafir sekalipun, baik di masa silam ataupun para orientalis pada masa sekarang ini. Lalu bagaimana sebenarnya akhlak itu? Sedikit menjawab pertanyaan tersebut, makalah ini akan menghantarkan kita kepada petunjuk atau keterangan mengenai akhlak baik dan buruk menur...

PELAKSANAAN TES, LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS DAN NORMA TES PSIKOLOGIS

KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “ pelaksanaan tes, laporan pemeriksaan psikologis, norma tes psikologis’’"  dapat   tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan  sumbangan baik materi mau pikiran. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karen keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin msih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun pembca demi kesempurnaan makalah ini .                             ...

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA (CIRI-CIRI DAN TAHAP PERKEMBANGAN RELIGIUS PADA ANAK)

KATA PENGANTAR Alhamdulilah atas kehendak dan pertolongan Allah SWT, penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Ciri dan Tahap Perkembangan Religius pada Anak dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dosen pengampu, yaitu Ibu Iin Yulianti, MA serta rekan-rekan semua yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan masalah   ini. Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih adanya kekurangan dan kesalahan, hal itu disebabkan karena keterbatasan penyusun, baik dalam pemahaman materi, maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan dan sumber penyusunan makalah. Mudah-mudahan penyusunan makalah ini mendapat ridha Allah serta kita semua dapat mengambil manfaat keilmuan yang terdapat didalamnya. Bandar Lampung, Oktober 2018 Penyusun DAFTAR ISI Halaman Judul .................